STRESS KERJA

Written by Soci Smart Psychologi Institute on Selasa, 19 Oktober 2010 at 12.29

TANYA :
Saya bekerja di PT. W, mempunyai bawahan, seorang tenaga administrasi kepercayaan saya, sebut saja namanya Bawon, berumur 47 tahun, sudah berkeluarga dan memiliki anak. Saya melihat beberapa bulan belakangan ini dia berubah, tidak seperti Bawon yang pernah saya kenal dulu. Sebelum ini, Bawon yang saya kenal adalah seorang yang periang, setiap tugas yang diberikan selesai dikerjakannya dengan penuh semangat. Karenanya saya lebih suka memberikan tugas ke dia darpada yang lain. Tapi sekarang saya nggak tau kenapa, Bawon menjadi pemurung dan sangat mudah tersinggung. Tugas-tugas pun tidak dikerjakan dengan baik dan tepat waktu dengan alasan lupa, akhirnya saya enggan memberikan tugas kepadanya, daripada kerjaan berantakan. Namun akibatnya teman-teman sekerjanya jadi cemburu pula. Sekarang Bawon juga gampang sakit, sedikit-sedikit permisi, cuti, seperti tidak betah kerja atau memang betul-betul sakit. Saya pernah coba tanya ke dia dari hati ke hati, ada apa, mungkin ada masalah yang bisa saya bantu penyelesaiannya, tapi dia tidak mau terbuka. Serba susah jadinya Gimana ni Bu caranya untuk menangani anggota yang model begini. Pusiing…
Aulia – salah satu kebun



JAWAB :
Wah.. Pusing ya Aulia ..? Tapi inilah hidup. Selagi hidup riak-riak konflik akan terus silih berganti mewarnai, ya nggak di diri aja, tapi juga mungkin di keluarga, di masyarakat, di teman, di atasan, dan sekarang gilirannya di bawahan. Saran saya, jangan pernah kapok menghadapi permasalahan yang timbul. Permasalahan jangan dihindari, tapi justru dicarikan solusinya. Hal ini akan menyeimbangkan kondisi kejiawaan (psikis) kita. Ini hal pertama yang ingin saya sampaikan. Selanjutnya, kita akan coba bahas tentang bawahan Aulia.
Sebenarnya, untuk membantu penyelesaian kasus Bawon ini, kita harus tahu dulu historisnya, secara menyeluruh. Terlepas dari itu, indikasi yang disampaikan adalah bagian dari gejala stress kerja. Aulia sebagai atasan saya sarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
1. Jika struktur organisasi sudah ok, sebaiknya Aulia menyusun job description (uraian tugas) masing-masing anggota yang bergerak dari struktur organisasi yang ada. Diskusikan dahulu dengan anggota mengenai pembagian tugas sebelum ditetapkan. Dengan demikian, tugas masing-masing akan jelas dan tidak ada yang saling cemburu yang bisa menimbulkan konflik dan ketidaknyamanan dalam bekerja. Aulia perlu tahu bahwa salah satu penyebab stress kerja bisa berasal dari faktor organisasi seperti : ketidakjelasan tugas dan tanggung jawab, tuntutan tugas yang berlebihan, struktur organisasi yang tidak pas, gaya kepemimpinan yang tidak menyenangkan, karir yang tidak jelas, dll. Sebab lainnya adalah faktor kepribadian individu itu sendiri yang memang pesimis dan selalu berpikiran negatif, ketidaksiapan dalam menghadapi permasalahan kehidupan, dll.
2. Jika memungkinkan, Aulia coba identifikasi sumber stress (stressor) apa saja yang mungkin menjadi pemicu perubahan perilaku Bawon. Mungkinkah stressornya adalah kondisi ekonomi yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga? Atau terlalu banyak masalah hidup yang tidak mampu diselesaikan dan dibiarkan begitu saja sehingga menggangu keseimbangan jiwanya ? atau mungkin ada tugas-tugas sampingan lainnya di luar pekerjaan yang cukup menyita pikirannya ? Adakah konflik keluarga? Atau mungkin ada ketidakpuasan karena caareer planning mentok, gaya kepemimpinan para pimpinan di situ, sarana kerja yang tidak memadai, dll? Atau karena overload tugas ? Overload di sini bisa diartikan sebagai tuntutan tugas yang jumlahnya terlalu banyak sehingga waktu yang dimiliki dirasa tidak cukup untuk menyelesaikannya atau overload dalam arti tugas tersebut rumit dan kompleks, sementara kompetensi yang dimilikinya belum bisa menjangkau sampai kesana. Atau mungkin stressor lain yang tentu hanya bisa digali melalui komunikasi dengan yang bersangkutan atau keluarga dan teman dekatnya. Jika sudah ketemu stressornya, baru bisa direncanakan tindak lanjutnya.
3. Jika memungkinkan, bantulah Bawon mencarikan solusi terbaik bagi permasalahan yang dihadapinya, apapun itu. Jika tidak memungkinkan, cobalah minta bantuan pemuka agama di situ, keluarganya atau siapapun yang bisa dia percaya untuk ikut membantu menyelsaikan masalahnya.
4. Akan sangat baik jika Bawon tetap mempunyai teman yang dipercaya untuk curhat, yang bisa membantunya menerima dan menyadari segala kelebihan & kekurangan, kegagalan & kesuksesan, kesedihan & kebahagiaan, sebagai bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan, dan bisa terjadi pada siapapun. Jika Bawon belum mau terbuka, cobalah untuk melakukan pendekatan yang memang butuh waktu. Menyapa dan sering berkomunikasi serta melibatkan diri dengannya tentang apa saja akan jadi permulaan yang bagus yang bisa menghancurkan tembok komunikasi antara atasan dan bawahan, sehingga pada akhirnya dia mau terbuka.
5. Saya yakin sekali Aulia seorang atasan yang perhatian kepada anggota. Aulia bisa melihat perubahan-perubahan perilaku yang terjadi. Saya juga yakin dari penyampaian, Aulia dengan tulus ingin membantu Bawon untuk keluar dari masalah yang dihadapinya. Gejala yang dialami Bawon seperti lupa, sulit berkonsentrasi, tidak bisa mengatur prioritas kerja, itu juga merupakan gejala stress kerja. Untuk ini Aulia bisa bantu dengan menugaskan Bawon untuk membuat catatan daftar pekerjaan yang akan dikerjakan besok pagi dan cobalah bantu untuk mengarahkan pekerjaan mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Jangan bebani dia dengan pekerjaan yang overload dulu. Yang penting saat ini fokus saja pada bagaimana caranya supaya Bawon punya aktivitas yang mengaktifkan pemikirannya secara ringan dan membuat dia merasa berharga, karena orang stress biasanya bisa mengalami krisis kepercayaan diri dan harga diri. Di sela-sela waktu kerjanya, beri dia izin tidur beberapa saat jika dia membutuhkannya.
Jika Bawon bisa didorong untuk melakukan meditasi minimal 20 hingga 30 menit per hari, akan sangat bermanfaat untuk membantu mengembalikan kreativitas dan melatih konsentrasi sekaligus meringankan beban stress. Meditasi yang saya maksud di sini adalah berdiam diri dengan posisi duduk bersila di tempat yang tenang dan bersih, memusatkan pikiran hanya kepada Tuhan sambil berserah diri dan mohon ampun atas segala kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya.
6. Beri kesempatan bagi Bawon untuk cuti dan berlibur tanpa harus memikirkan tugas-tugas kerjanya.
7. Dorong Bawon untuk tetap ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan. Rekan-rekan kerja Bawon saya kira perlu juga diimbau untuk bisa memaklumi keadaan Bawon dan tidak berkonfrontasi dengannya, karena biasanya kondisi orang stress memang sangat mudah marah, sangat sensitif dan cemas, sehingga sangat mungkin memunculkan salah faham yang akan mengganggu hubungan komunikasi dan pergaulannya.
8. Hal lain yang bisa saya sarankan untuk Bawon adalah : benar-benar menjaga kesehatannya. Karena ternyata beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa stress bisa menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells, mengalahkan sel-sel antibodi. Akibatnya, orang tersebut akan cenderung sering dan mudah terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Jadi, tidak mengherankan jika orang stress bolak balik sakit, ya migrain, jantung, dan sebagainya sehingga jumlah absensinya meningkat.
Untuk itu, sebaiknya Bawon melakukan olah raga yang tidak terlalu memeras tanaga secara teratur, seperti jalan lambat, tai chi jika bisa, aerobik ringan, dll.
Konsumsi banyak vitamin B seperti kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, beras merah, dll serta vitamin C dari buah-buahan akan membantu proses penyembuhan. Pola makan sehat, menghindari makanan berkolesterol atau fast food (makanan siap saji) juga disarankan. Jadi, proses penyembuhan stress tidak hanya berorientasi psikologis tapi juga fisik, karena sudah saling berkaitan.
Jika tindakan di atas masih belum membawa kemajuan, cobalah untuk merujuk Bawon ke profesional psikolog..
Demkian saja Aulia yang bisa saya sampaikan. Jangan segan untuk tetap berkomunikasi dengan kami.. dan semoga berhasil yaa. Niat dan tindakan baik akan berbuah kebaikan juga. Amin..

[+/-] Selengkapnya...

KOMPETISI KERJA

Written by Soci Smart Psychologi Institute on at 12.27

PARTISI PEKERJAAN
Tanya :
Halo Bu... Saya ada masalah ni.. Saya bekerja udah sepuluh tahun dan saya udah tahu betul pekerjaan saya. Baru satu tahun belakangan ini masuk orang baru kerja. Anggaplah namanya Toni. Dia memang keren dan pandai sekali Bu cari hati Bos. Memang saya akui dia juga pandai kerja, tapi taklah sepandai saya. Kalau dari segi pengalaman dan usia saya tentu lebih banyak, lebih senior lah. Umur saya sekarang sudah 45 tahun. Kata orang seumur ini masa jaya-jayanya kehidupan. Tapi kok kenyataannya nggak Bu.. Susah juga saya rasanya karena sekarang dia dekat dengan atasan. Sedikit-sedikit Toni, apa-apa Toni. Sementara saya sudah mulai diabaikan. Kayak mana caranya ya Bu supaya saya tetap seperti dulu lagi, dianggaplah gitu sama Bos. Udah ya Bu.. Jawabannya ditunggu.
(Romo)



Jawab :
Halo juga Romo yang sedang dilanda cobaan persaingan kerja. Saya bisa merasakan bagaimana tidak menyenangkannya situasi ini. Tapi meski tidak menyenangkan.. jaga jangan sampai terjadi penurunan kinerja ya.. karena akan berakibat kerugian pada diri Romo sendiri. Ini hal pertama yang saya sarankan untuk Romo lakukan.
Baiklah Romo. Meski pengakuan dari perusahaan atas kompetensi yang Romo miliki sudah mapan, namun pengakuan atasan juga tidak dapat diabaikan karena dalam keseharian Romo bergaul dengan atasan. Karenanya, cobalah untuk memenangkan persaingan, tidak hanya di mata perusahaan tetapi juga di mata atasan. Langkah-langkah berikut mungkin perlu dicoba untuk memenangkan persaingan dan tetap fresh dalam mengupayakannya :
1. Jangan mau terpengaruh dengan perilaku yang berbeda dari atasan. Anggap saja hal itu merupakan bagian dari proses pematangan diri. Tetap saja berlaku seperti biasa. Jika ada kompetensi khusus yang dimiliki yang tidak semua orang bisa lakukan tentu akan lebih baik lagi.
2. Tetap berusaha fokus untuk meningkatkan kompetensi dan wawasan. Jika kompetensi terkait pekerjaan sudah terpenuhi, coba intip kelemahan dan kehebatan pesaing dan isi kompetensi Romo di bidang itu, sehingga tidak ada lagi celah kompetensi yang mungkin menjadi unggulan bagi pesaing. Untuk ini memang perlu ekstra kerja keras jika memang ingin menjadi pemenang persaingan. Banyak sumber informasi yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi, bisa melalui internet, buku-buku referensi, majalah, koran, bertanya dan belajar dengan rekan sejawat atau atasan, diskusi, dan banyak cara lainnya yang bisa ditempuh. Perangi rasa malas belajar, terus memperbaiki diri, mengevaluasi diri dan terus motivasi diri untuk peningkatan kompetensi.
3. Jangan minder meski pesaing kenyataannya lebih hebat. Romo harus tetap percaya diri bahwa Romo sama hebatnya. Konsep Yin & Yang bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Sehebat-hebatnya seseorang, pasti punya kelemahan. Hal ini berlaku sama bagi pesaing dan Romo sendiri. Dengan meyakini ini akan membuat Romo selalu menghargai diri sendiri dan percaya bahwa Romo juga bisa seperti para pesaing lainnya. Romo berhak memperlakukan diri sendiri dengan lebih terhormat dan bermartabat sehingga bisa lebih bersemangat dalam meningkatkan karir. Oke..?
4. Memahami kegagalan sebagai hal yang wajar dan tidak perlu mempersalahkan diri. Justru sebaliknya, merasakannya hingga ke dasar hati, jika perlu menangislah, mengingatnya untuk tidak mengulang kegagalan yang sama di masa yang akan datang, dan bertekad untuk bangkit dari kegagalan, jika perlu ubah langkah untuk menyiasati kembali persaingan yang ada. Tapi dengan catatan bahwa strategi dan langkah yang dipilih untuk ditempuh haruslah fair.. jangan dengan cara negatif yang justru akan menimbulkan bibit-bibit kebencian dan permusuhan antar sesama rekan kerja. Jika Romo sudah berhasil melalui kegagalan demi kegagalan hingga tertempa untuk tidak mudah putus asa dan tidak kehilangan semangat ketika menghadapi kegagalan, dengan demikian Romo akan tetap fresh saat merasakan kegagalan sementara, untuk mengubahnya menjadi kemenangan.
5. Ubah cara pandang, jangan gentar sebelum mencoba beragam langkah
Cape deh.. Menghadapi satu pesaing saja sudah bikin stres ya Romo, apalagi jika banyak pesaing yang menghadang. Tapi apapun ceritanya, tidak terelakkan Romo harus mempersiapkan diri untuk mengisi kompetensi dengan lebih baik lagi. Persaingan seringkali tidak mengenal kompromi; siapa yang mampu bertahan, dialah pemenangnya. Karenanya.. berusahalah, meski lebih keras dari biasa.
Ok Romo, selamat mengarungi lautan pesaing. Jaga posisi jangan sampai tenggelam. Sehingga Romo dapat memenangkan persaingan dan bisa berkata tanpa gentar : ”Beri saya pesaing yang lebih hebat lagi..!” . Sukses yaa..

[+/-] Selengkapnya...

ENGAGEMENT

Written by Soci Smart Psychologi Institute on at 12.26

PARTISI PEKERJAAN
Tanya :
Saya seorang karyawan berusia 36 tahun yang bekerja di PT. Z. Dalam keseharian, saya bekerja sebagai tenaga administrasi. Tugas yang saya laksanakan merupakan tugas yang tidak semua orang bisa melaksanakannya, banyak tugas hitung-hitungan dan berpikir, tetapi bagi saya tugas itu tidaklah sulit karena saya menyukainya. Seringkali saya membuat perbaikan-perbaikan dalam sistim kerja yang pada akhirnya berimbas mempermudah pekerjaan orang lain. Disamping itu, pekerjaan yang benar-benar saya lakoni sehingga tidak pernah terbengkalai, menciptakan prestasi di bagian kami. Belakangan ini saya merasa hampa dan malas. Saya perhatikan berkali-kali jika atasan bertanya mengenai hasil kerja, mandor menjawab seolah dalam pekerjaan itu dialah yang paling berperan, padahal dia tinggal teken. Trus di saat penilaian karya, penilaian saya sama saja dengan yang lain. Saya jadi berpikir, apa lebihnya saya, kalau toh bekerja bagus dengan yang nggak bagus sama aja di mata atasan.
Wono



Jawab :
Wono yang saya hormati, ternyata kita ini memang manusia yang sangat manusiawi untuk butuh dihargai dan butuh diakui, khususnya pada saat kita mampu mengukir prestasi..
Melalui berbagai hasil penelitian ditemukan bahwa kebutuhan karyawan akan penghargaan dan pengakuan atas kinerja dan prestasi akan melahirkan engagement (dalam bahasa Indonesia : pertunangan) terhadap perusahaan. Saat perusahaan telah berhasil bertunangan dengan karyawan, maka selayaknya pasangan pertunangan, tentu karyawan memiliki keterikatan emosional, kesukarelaan mencurahkan kemampuan berpikir, mau dan mampu berbuat apapun demi tunangannya ’sang perusahaan’. Inilah sebabnya perusahaan yang memiliki kinerja tinggi senantiasa melakukan pemeliharaan ’engagement’ karyawannya agar mereka mau secara total dan konsisten memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan. Upaya pemeliharaan ini dilakukan melalui pemenuhan faktor-faktor yang mempengaruhi engagement karyawan yang salah satunya adalah penghargaan dan pengakuan atas prestasi dan kinerja.
Berdasarkan uraian permasalahan Wono diatas, saya menyimpulkan bahwa pada awalnya Wono memiliki rasa terikat (engagement) itu. Namun, belakangan rasa itu mulai memudar karena tidak terpelihara. Dalam hal ini, saya melihat tidak terpeliharanya rasa terikat (engagement) itu disebabkan atasan tidak memahami bagaimana cara memelihara engagement bawahannya, yang salah satunya adalah penghargaan dan pengakuan atas prestasi dan kinerja bawahannya, meski hanya dalam bentuk pujian lisan.
Keegoisan mandor Wono untuk sendirian dipandang berprestasi dalam kerja dengan mengabaikan peran bawahan memang sangat disayangkan. Tidak selayaknya, posisinya saat ini termanfaatkan untuk kepentingan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain, apalagi bawahan yang telah berjerih payah bekerja dengan setia. Hal ini mampu merusak ikatan yang sudah kuat antara karyawan dengan perusahaan.
Terlepas dari salah atau tidaknya tindakan tersebut, inilah kenyataan hidup yang saat ini harus dihadapi, dirasakan dan dijalani. Memang kadangkala kenyataan hidup bisa sangat bersahabat dan berpihak kepada kita, namun kadangkala malah sebaliknya. Kenyataan hidup yang tidak bersahabat sekalipun dapat dijadikan sumber pembelajaran hidup yang sangat berharga yang akan membantu untuk mematangkan tingkat emosional dan mengantarkan Wono ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu bijaksana dan keselarasan dalam hidup. Hal ini dapat terjadi jika Wono mau dan mampu menghadapi serta menjalani cobaan kiriman Tuhan dengan ”open mind” (keterbukaan pikiran). Wono mungkin tidak akan pernah tahu rahasia Tuhan kenapa si ”A” tersiksa dengan perceraian, atau si ”B” yang kehilangan anak satu-satunya kesayangannya, atau si ”C” yang bolak-balik melamar kerja tetapi tidak diterima sementara anaknya akan lahir, sama juga dengan Wono yang tidak tahu pasti kenapa harus menghadapi cobaan ini. Namun ketidaktahuan ini jangan sampai mengantarkan Wono untuk menyalahkan diri atau orang lain.
Wono yang (katanya) sedang dilanda perasaan hampa..Dalam hidup ini, dimanapun, siapapun, akan menghadapi cobaan demi cobaan dalam hidup. Ada yang ringan dan ada yang berat. Tapi yakinlah bahwa semua cobaan tidak akan diberikan Yang Maha Kuasa jika kita tidak mampu menanggungnya.
Langkah pertama yang perlu Wono lakukan dalam menghadapi cobaan hidup apapun dan seberat apapun adalah : terima cobaan itu sebagai suatu babak hidup yang harus dijalani, jangan menolak dengan merasa bahwa diri Wono adalah korban, seperti korban keegoisan mandor dan sebagainya. Penolakan tidak akan membantu penyelesaian masalah. Menerima cobaan dengan merasakan sakitnya, meski tidak disukai, meski tidak diinginkan, akan menghindari hilangnya energi kita dengan sia-sia. Selanjutnya hal ini akan mengantarkan pada kemampuan berpikir jernih yang akan membantu penyelesaian masalah secara logis. Jika Wono menyimpan dan memelihara kemarahan atau dendam yang dirasakan, maka energi hidup akan terserobot ke permasalahan tersebut, padahal Wono bisa memanfaatkan energi itu untuk perkara-perkara yang lebih besar dan lebih bermanfaat. Jadi, cobalah terima permasalahan yang dihadapi, rasakan sakit dan sedihnya jika memang menyakitkan atau menyedihkan, menangislah sepuasnya jika memang ingin menangis, marahlah jika ingin marah, tapi dengan cara yang wajar dan tidak merusak diri atau lingkunagn. Keluarkan emosi yang mendesak dalam dada, jangan biarkan dia menginap dalam dada.
Setelah yakin bahwa Wono dapat menerima cobaan ini sebagai bagian babak kehidupan yang harus dijalani, maka langkah berikutnya adalah mengingatkan diri bahwa Wono mempunyai banyak pilihan yang dapat dilakukan dengan berbagai konsekwensinya. Memaafkan kah, memunculkan perilaku tidak menyenangkan kah, pasrah dengan keadaan tersebut atau berupaya untuk merubah sang mandor. Apapun pilihan itu, jangan sampai bertentangan dengan cita-cita dan nilai-nilai kebahagiaan Wono. Contoh, jika Wono memilih untuk berperilaku malas-malasan sementara pada dasarnya Wono adalah orang yang produktif dan senang berprestasi tentu hal ini akan bertentangan dengan suara hati dan bathin Wono. Pilihan ini tidak selaras dengan diri, akibatnya pilihan tersebut akan dijalani dengan rasa tersiksa. Keselarasan antara tindakan dengan tuntutan hati nurani akan membawa pada perasaan integritas yang sangat penting dalam keseimbangan menjalani kehidupan ini. Lagipula, konsekwensi perilaku malas-malasan tentunya akan berpengaruh negatif pada pandangan orang lain terhadap Wono, tidak hanya sang mandor, tapi juga rekan kerja atau yang lebih atasan lagi. Mending jika mereka mau bertanya untuk menggali kenapa Wono bertindak demikian, jika tidak, perilaku itu malah akan mengacaukan segalanya.
Wono mungkin pernah mendengar prinsip aksi vs reaksi. Jika Wono berbuat baik maka kebaikan akan datang kepada Wono. Sebaliknya jika Wono mengembangkan sikap negatif, maka hal-hal negatif pula yang akan Wono terima. Jadi, tetaplah berbuat yang positif dalam hidup agar ke depan yang dipanen adalah kebaikan. Minimalnya, ada pengakuan dari Yang Maha Kuasa untuk kebaikan yang kita ciptakan. Bukankah pengakuan dari Tuhan lebih tinggi nilainya ?
Selanjutnya jika mungkin, bangkitkan rasa welas asih. Melihat mandor bertindak seperti yang Wono uraikan tergambar bahwa sebenarnya sang mandor berada dalam keadaan miskin emosional dan hati sehingga perlu dikasihani. Dengan demikian dapat muncul motivasi Wono untuk memberi pencerahan kepada sang mandor agar terbangun kesadarannya. Pencerahan ini mungkin dapat dilakukan melalui upaya sering berkomunikasi dan mengenalinya lebih dalam. Melalui komunikasi yang terjalin dengan baik mudah-mudahan akan membuka cakrawala berpikirnya bahwa untuk maju tidak bisa sendirian. Atau sering soan ke rumahnya agar lebih dekat secara personal.
Akhirnya, saya kira perlu bagi Wono untuk menghadirkan rasa kesyukuran dengan membuat daftar benefit (manfaat) yang diperoleh dengan bekerja di situ dengan teman dan situasi kerja yang ada serta anugerah keluarga yang harmonis mungkin. Dengan kesyukuran akan lahir keikhlasan, termasuk keputusan untuk mengalah, memaafkan dan bersabar. Yakinlah bahwa rezeki kita tidak akan lari ke orang lain sehingga tidak perlu menyalahkan siapa-siapa atas keadaan yang ada. Jika Wono sudah sampai di taraf ini, artinya Wono sudah sampai pada tingkat yang lebih tinggi dari tingkat mandor tersebut. Tingkat spiritualitas yang tidak ternilai.
Jika kondisi ini sudah tercapai, mudah-mudahan permasalahan yang Wono rasakan tidak akan menjadi beban berat lagi.
Tapi Wono perlu ingat bahwa meski Wono telah berhasil menguasai cobaan hidup tersebut, jangan anggap bahwa permasalahan hidup akan selesai. Sekolah informal kehidupan akan menyajikan berbagai pelajaran lainnya untuk Wono, dan Wono harus bersiap menjalaninya untuk memetik pelajaran kehidupan berikutnya. So, jangan menghadapi cobaan hidup terlalu serius ya Won, santai aja lagi, ok?. Hidup adalah sebuah permainan dan jangan mau kalah di dalamnya dengan larut dalam kekecewaan, kemarahan atau kesedihan berkepanjangan yang akan merugikan diri Wono sendiri. Hidup akan jauh lebih mudah bila Wono tidak menolak atau berusaha kuat untuk mengendalikannya, tetapi justru menunggangi alunan ombak hidup ini menuju pemenuhan takdir. Tapi bukan berarti membuang semangat untuk berikhtiar (berjuang). Hidup tidak mensyaratkan kita untuk harus menjadi yang terbaik, yang terhebat, yang tepat pas dengan keinginan & ambisi. Namun kita berkewajiban untuk berupaya sebaik mungkin. Perkara hasil yang buruk, jangan tanya, karena itu adalah rahasia Tuhan yang harus kita terima dan hormati sebagai bagian dari takdir, tidak perlu dipahami kenapa dan kenapa. .
Baiklah Wono, ini yang dapat saya sampaikan, semoga cukup membantu untuk membangun kembali semangat yang mulai menipis, dan untuk melempar jauh-jauh kemalasan yang hanya akan merusak masa depan. Bravo.

[+/-] Selengkapnya...

CAREER PLANNING

Written by Soci Smart Psychologi Institute on at 12.24

PARTISI PEKERJAAN
Tanya :
Saat ini mungkin motivasi saya sedang drop berat Bu.. Bekerja secara total sudah saya lakoni dari mulai saya bekerja tahun 2000 dulu, tapi jabatan saya gitu-gitu aja. Diam di tempat. Saat ini usia sudah 41 tahun. Apa iya sampe saya pensiun, cuma jadi tenaga administrasi terus. Jenuh juga lho Bu.. Padahal kalau cerita tentang kompetensi seperti yang selalu didengung-dengungkan Manajer, saya rasa sudah maksimal, bahkan kalau disuruh mengerjakan pekerjaan atasan pun saya sudah bisa. Kadang-kadang, tercetus dalam pikiran saya untuk berhenti, tapi gimana ya Bu..Saya menunggu saran dari Ibu. Terima kasih.
Rano



Jawab :
Rano yang saya hormati.. Sangat manusiawi jika kita ingin dihargai, memiliki kebutuhan dan harapan dalam hidup. Dan manusiawi pula jika Rano punya rasa kecewa saat harapan tak kesampaian.
Menyimak apa yang Rano sampaikan, problematika yang dihadapi sebenarnya berakar dari rasa ketidakpuasan pada sistem career planning (jenjang karir) yang berjalan tidak sesuai dengan harapan. Ketidakpuasan ini bermuara pada demotivasi (penurunan motivasi) dan munculnya keinginan untuk berhenti. Tapi hal ini sebenarnya bisa diperbaiki jika memang Rano berkeinginan untuk memperbaikinya.
Sebelum kita bicara lebih lanjut, saya ingin menyampaikan kondisi riil saat ini : bahwa di luar sana, peluang untuk mendapatkan pekerjaan sangat terbatas dibandingkan jumlah tenaga kerja yang tersedia yang ngantri untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini menggambarkan betapa sulitnya mencari pekerjaan saat ini.
Kenyataan diatas memaksa saya untuk bertanya terlebih dahulu tentang keinginan Rano untuk berhenti:
 Sudah adakah alternatif perusahaan yang akan menjadi tujuan lompatan jika berhenti dari pekerjaan saat ini? Minimalnya sudah adakah gambaran peluang pekerjaan pengganti ? Atau jika tidak, sudah cukup modalkah untuk berwiraswasta ?. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan awal yang tidak dapat ditawar harus dijawab ya. Sebelum jawaban yang muncul Ya, saya sarankan untuk tidak coba-coba berani berspekulasi untuk berhenti. Karena saya tau pasti, di belakang Rano ada keluarga yang harus dihidupi. Jangan sampai terjadi : keluar dari masalah yang satu, tapi muncul masalah baru yang lebih kompleks. Meski kadangkala emosional bisa membuat kita buta, tapi untuk kepentingan keluarga, saya berharap jangan membutakan diri yaa..
 Sudahkah Rano mempersiapkan kompetensi yang sedang ’trend’ laku di bursa kerja?. Saat ini di luar sana banyak sekali sarjana yang menganggur. Jika Rano tidak siap untuk berkompetisi dengan mereka (misalnya dengan memiliki keahlian khusus yang jarang dimiliki orang lain), Rano harus mempersiapkan mental untuk kalah dan tersingkir.
 Sudahkah diperhitungkan pendapatan (gaji, bonus, lembur) maupun non pendapatan yang positif yang diperoleh saat ini seperti waktu kerja yang mungkin fleksibel, lingkungan kerja yang baik, style atasan, lokasi kerja, kesempatan berkreasi, rekan kerja yang saling mendukung, tanggung jawab, penghargaan atas prestasi, dll. Cobalah bandingkan hal-hal positif yang didapatkan di perusahaan dengan pendapatan dan situasi pekerjaan pengganti. Artinya, Rano juga harus sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terburuk sekalipun yang mungkin saja terjadi jika Rano memutuskan untuk keluar dan berhenti dari pekerjaan saat ini.
 Jikalau pertanyaan-pertanyaan di atas terjawab Ya, cobalah tanya kembali kepada diri. Apakah keinginan berhenti itu hanya bersifat sesaat karena emosional atau memang murni dari hati nurani yang menolak situasi kondisi pekerjaan? Cobalah bicarakan dengan atasan, mana tau ada masukan-masukan positif yang bisa diambil yang mungkin bisa merubah keadaan. Selain itu, cobalah pertimbangkan untuk kemungkinan pengambilan pensiun dini jika keputusan berhenti tidak dapat ditawar lagi.
Jika saat ini masih merasa perusahaan belum maksimal menghargai kompetensi, jangan lupa bahwa Tuhan tidak pernah alpa menilai. Anggaplah kesulitan dan cobaan yang dihadapi sebagai kesempatan dalam proses pematangan diri dan semangat peningkatan kompetensi. Coba juga bandingkan, tidak hanya di lokasi pekerjaan Rano, tapi juga di lokasi pekerjaan lain, mungkin masih banyak yang kondisi kerjanya tidak lebih baik dari Rano, atau di luar sana malah tidak memiliki pekerjaan. Jadi, kondisi tersebut jangan sampai menyurutkan semangat untuk memberikan kinerja terbaik.
Demikian Rano.. Saya sudah sampaikan opsi-opsi pertanyaan yang harus dijawab jika berkeputusan untuk meninggalkan pekerjaan saat ini. Silahkan Rano kaji dan renungkan yang dalam tentang plus minus nya. Jika ternyata lebih banyak plus nya untuk tetap bekerja di perusahaan yang sekarang, jadikan nilai plus tersebut menjadi motivator kerja bagi Rano, minimalnya manfaat nilai plus tersebut bagi kesejahteraan dan kepastian kehidupan keluarga. Jikalaupun tetap berkeputusan untuk meninggalkan pekerjaan, saya yakin Rano sudah mempersiapkan segala sesuatunya agar kemungkinan terburuk sekalipun dapat terlampaui. Baik Rano.. Selamat memilih.. Semoga mendapatkan keputusan yang paling tepat yaa..

[+/-] Selengkapnya...

ADAPTASI KERJA

Written by Soci Smart Psychologi Institute on at 12.22

PARTISI PEKERJAAN
Tanya :
Saya baru bekerja di PT. X. Sebagai orang baru, saya merasa keberadaan saya kurang diterima sebagian bawahan, sebagian lain ada juga yang respek. Saya nggak tau kenapa. Susahnya .. bawahan saya sudah mahir dalam bidang kerjanya, sementara saya masih harus banyak belajar dari mereka karena apa yang didapat di bangku kuliah ternyata berbeda dengan kenyataan yang dihadapi di dunia kerja, dan banyak kiat-kiat yang harus saya pelajari dan tidak saya temukan pada saat saya menjalani masa On the Job Training. Lagi.. Usia saya jauh di bawah mereka yang sudah kenyang pengalaman. Kenyataan ini membuat saya kurang pede dan kurang bisa tegas untuk hal-hal yang memerlukan ketegasan. Gimana caranya supaya bawahan bisa ‘nrima kepemimpinan saya.. ?
(Dodi)



Jawab :
Dodi yang sedang diragukan kepemimpinannya oleh bawahan .. sabar yaa..Sebagai pemula dalam meniti karir, kegamangan memang selalu menghampiri. Ini merupakan proses pencarian “jati diri” yang harus dilalui dan tentu tidak dengan seketika membuahkan hasil. Beberapa hal yang perlu Dodi cermati dalam proses pencarian jati diri :
1. Bina hubungan interpersonal dengan lingkungan kerja
Sebagai langkah awal proses pencarian jati diri, adalah mendapatkan penerimaan dari lingkungan kerja baru melalui upaya-upaya penyesuaian diri pada bawahan. Dalam masa penyesuaian diri, jangan terlalu jaim (jaga image, red). Bersosialisasilah. Gunakan waktu luang untuk sharing, tentang apa saja yang menurut Dodi menarik dan nyambung dengan bawahan. Hal ini akan mempersempit jarak dengan bawahan. Sesekali perlu humor, tapi jangan berlebihan atau pilih humor yang tidak menjatuhkan marwah dan yakini lelucon atau humor tersebut tidak menyinggung perasaan orang lain. Jika perlu, ikuti klub olah raga atau klub lain yang ada di kantor sesuai minat Dodi untuk memperluas pergaulan.
2. Penguasaan Bidang Kerja dan Unjuk Kinerja
Di awal masa kerja, wajar jika kita harus mempelajari banyak hal baru terkait bidang kerja, apalagi pengalaman kerja sebelum ini belum dipunyai. Untuk ini, Dodi harus proaktif mencari dan menggali informasi sebanyak-banyaknya dari sumber manapun (termasuk bawahan) yang mungkin untuk mendukung penguasaan bidang kerja. Semakin cepat menguasai bidang kerja, akan semakin mengurangi ketergantungan kepada bawahan. Jadi jangan habiskan waktu terlalu lama untuk ini.
Seiring proses pembelajaran bidang kerja, menunjukkan kinerja yang bagus dan ide-ide kreatif yang berbeda terkait pekerjaan akan sangat membantu memperoleh pengakuan dari lingkungan bahwa Dodi mampu. Tapi perlu diingat bahwa agar ide-ide baru kita dapat diterima dan diterapkan, hindari kesan menggurui atau terlalu menunjukkan ini lho saya sang peluncur ide kreatif itu. Kesan ini dikhawatirkan akan menimbulkan kesan arogansi yang pada akhirnya mementahkan ide tersebut karena keengganan orang melihat gaya anda.
3. Hindari konflik
Satu hal yang perlu disyukuri, Dodi tidak diplonco bawahan sebagaimana yang dialami kebanyakan pemula peniti karir yang bawahannya sudah mapan dalam kerja. Hal ini menyiratkan bahwa bawahan Dodi masih menghargai dan menghormati keberadaan Dodi sebagai atasan ”baru”. Awal yang baik ini perlu dijaga. Hindari konflik. Tingkatkan kemampuan berkomunikasi. Jaga sikap, dan jangan membesar-besarkan perbedaan yang hanya akan memicu permasalahan baru, selama perbedaan itu tidak mempengaruhi kinerja. Tidak ada salahnya dalam masa penyesuaian diri, range toleransi kita perbesar. Namun demikian, tetap jaga batasan agar bawahan tidak melampaui dan menghormati area dimana Dodi harus mengambil keputusan. Untuk ini jangan ragu untuk menunjukkan ketegasan.
4. Gaya kepemimpinan situasional
Dalam kondisi bawahan yang sudah mahir dalam bekerja dan memiliki kompetensi yang cukup, gaya kepemimpinan supportive dan participative lebih saya sarankan untuk diterapkan, dengan mengutamakan kepedulian dan egaliter (kesetaraan) dalam perlakuan pada bawahan serta mempertimbangkan gagasan bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Namun demikian, Dodi tidak perlu terlalu kaku untuk menerapkan hanya satu gaya kepemimpinan saja. Dalam kepemimpinan dihalalkan untuk memadukan dan menyesuaikan berbagai gaya kepemimpinan lainnya sesuai situasi. Fleksibel dalam gaya kepemimpinan bukan berarti tidak konsisten, tetapi dimaksudkan untuk penyesuaian agar goal (sasaran) dapat tercapai sesuai harapan.
Berikut ini saran-saran saya untuk memadukan gaya kepemimpinan sesuai situasi:
a. Identifikasi gaya kepemimpinan apa yang saat ini Dodi lakoni. Dodi bisa menelaah dari berbagai gaya kepemimpinan di berbagai referensi. Banyak gaya kepemimpinan di luar otoriter, demokratis atau permisive. Ada gaya directive, participative, supportive, achievement oriented dan gaya lainnya. Setelah teridentifikasi, Dodi bisa meminta pendapat orang-orang terdekat tentang kebenaran kesimpulan identifikasi.
b. Tentukan apakah gaya tersebut sesuai dengan situasi dan tuntutan lingkungan kerja saat ini. Kemudian lihat apakah kekuatan gaya kepemimpinan tersebut sudah sesuai dengan peran yang diharapkan pada posisi jabatan Dodi saat ini karena setiap gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kelemahan.
c. Identifikasi pula gaya kepemimpinan bawahan. Pastikan agar gaya kepemimpinan Dodi tidak secara ekstrim berseberangan dengan kebutuhan kepemimpinan bawahan.
d. Temukan, padukan dan kembangkan gaya kepemimpinan yang paling tepat sesuai tuntutan situasi.
5. Kesiapan mental
Untuk ini saya sarankan agar Dodi membuka diri untuk menerima pengalaman baru, open mind- lah, agar jika satu saat Dodi menghadapi hal-hal yang tak sesuai dengan harapan, stress tidak datang. Jangan sampai stress merusak mood dan emosi agar tidak mempengaruhi kinerja dan hubungan interpersonal Dodi dengan rekan maupun bawahan.
Ok Dodi.. Ini saja yang dapat saya sampaikan. Selamat menikmati proses pengayaan pengalaman dalam adaptasi kerja menuju pencarian jati diri yang jika dihayati dalam perjalannnya akan membantu menajamkan insight dalam pemecahan masalah, dalam mengambil keputusan, serta bertindak. Dan semoga berhasil menemukan gaya kepemimpinan yang tepat yang dapat diterima seluruh bawahan. Sukses yaa..

[+/-] Selengkapnya...

ANAK PUBER

Written by Soci Smart Psychologi Institute on at 12.17

ANAK PUBER
Pertanyaan :
Saya adalah seorang ibu berumur 45 tahun yang sedang bingung bagaimana menghadapi anak saya yang memasuki usia remaja. Anak saya hanya 2 orang. Putri sulung saya saat ini duduk di kelas I SMU. Sedangkan adiknya yang laki-laki masih duduk di kelas V SD. Entah karena apa mulanya, anak saya kok berubah menjadi begitu pendiam dan banyak berkurung di kamar serta sangat mudah tersinggung, padahal sebelumnya dia begitu ceria. Susahnya, dia tidak mau terbuka. Berkali-kali saya coba dekati dan tanya kenapa, tapi dia bilang nggak ada apa-apa, dia baik-baik saja. Ayahnya juga pernah saya minta untuk coba mendekati dan bertanya, jawabannya juga sama. Tapi saya tetap saja khawatir, bagaimana kalau ternyata ada apa-apa tapi saya nggak tau. Bagaimana jika nanti tiba-tiba dia hamil seperti banyak kejadian pada kebanyakan anak remaja lainnya. Saya ingin dia kuliah dulu Bu. Setelah berhasil selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan, silahkan jika mau berkeluarga. Saya tidak ingin anak-anak seperti kami yang pendidikannya pas-pasan. Demikian Bu.. atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.
RINI



JAWAB :
Bu Rini yang hatinya lagi kisruh dan bingung.. saya bisa memahami bagaimana pusingnya saat pertama kali menghadapi ananda yang memasuki usia remaja. Berikut akan saya uraikan beberapa hal pokok yang perlu diketahui untuk mengenali perilaku remaja, agar Ibu dapat memilih bagaimana harus bersikap.
Usia remaja berada dalam kisaran 11 hingga 19 tahun, dimana usia remaja awal : antara 11 hingga 13 tahun, remaja pertengahan: antara 14 hingga 16 tahun dan remaja akhir: antara 17 hingga 19 tahun. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa remaja akhir terjadi hingga usia 22 tahun.
Bu Rini.. Perkembangan pada remaja merupakan suatu proses untuk mencapai kemasakan menuju kedewasaan, yang diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan fisik dan biologis (organ-organ seksual). Perubahan fisik ini merupakan peristiwa yang paling penting, tapi berlangsung cepat dan drastis. Hormon-hormon mulai mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menstruasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut di bagian tubuh yang tersembunyi, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami mimpi basah pertama, pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pada bagian tubuh yang tersembunyi dan pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya. Disamping itu, hormon juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Mereka mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Perubahan fisik yang drastis dan perkembangan dorongan seks, harapan-harapan baru dalam diri dan norma lingkungan memaksa remaja untuk berlatih menyesuaikan diri. Hal ini, ditambah dengan perkembangan emosional yang belum stabil, mengakibatkan ananda berubah menjadi sangat sensitif dan emosinya meledak-ledak, mudah stress, merasa serba salah dan kurang percaya diri serta ragu-ragu dan plin-plan dalam bersikap. Tidak heran jika dalam kondisi ini, ananda biasanya tampak murung atau suka menyendiri, dan suka bermalas-malasan. Perasaan tidak difahami oleh lingkungan dapat menjadi pemicu cueknya ananda dengan lingkungan, dengan mengurangi interaksinya dengan keluarga, dan cenderung suka bergaul dengan kawan-kawannya yang dianggap bisa membantunya menghilangkan atau mengalihkan "kungkungan" keluarga dan lingkungan yang biasanya penuh dengan aturan yang memaksa.
Pada masa ini, remaja juga cenderung untuk mulai berfikir kritis dan cerdas, dimana perkembangan kecerdasannya mencapai 95%. Kekritisan ini sering diartikan orang dewasa sebagai bentuk pembangkangan.
Pada masa yang juga sering disebut “masa transisi” ini, remaja cenderung suka meniru orang lain yang sedang "ngetrend", suka bereksperimen (termasuk dalam penyaluran dorongan seksual melalui hubungan seksual), dan mudah terpengaruh dengan lingkungannya karena mereka masih berada dalam tahap pencarian identitas diri yang pas bagi dirinya.
Uraian diatas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis dan biologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku.
Itulah sebabnya orang tua perlu memahami kealamiahan terjadinya gejolak dalam diri ananda yang berada di usia remaja agar tidak salah dalam menentukan bentuk pengawalan yang akan dilakukan sehingga mereka bisa berkembang secara sehat, terbebas dari masalah kejiwaan dan cacat sosial.
Bu Rini.. Perlu saya sampaikan bahwa secara alami, manusia akan melalui fase perkembangan dalam hidup mulai dari fase kanak-kanak, remaja dan dewasa. Setiap fase perkembangan memiliki tugas perkembangan yang berbeda yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas perkembangan tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan untuk memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan dalam pemenuhan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Pada usia remaja yang juga dikenal sebagai usia pancaroba, tugas-tugas perkembangan yang harus mereka penuhi adalah sebagai berikut:
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis. Hal ini dapat dirintis melalui keikutsertaan ananda dalam organisasi seperti remaja mesjid, OSIS, pramuka, atau organisasi sosial yang positif lainnya.
2. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif. Remaja sangat memperhatikan fisiknya. Saat ananda menerima keadaan fisiknya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, maka akan lebih mudah baginya untuk berperan secara efektif dalam lingkungannya. Sebaliknya, jika tidak dapat menerima keadaan fisik apa adanya, hal ini dapat memunculkan perasaan kurang percaya diri yang dapat mengganggu aktivitas dan peran yang ingin dijalani. Membantu ananda untuk menemukenali hal-hal positif yang dimilikinya, akan membantu ananda untuk berani tampil menjalani aktivitas yang seharusnya mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan diri dan sosial (lingkungan).
3. Mencapai peran sosial maskulin (laki-laki) dan feminin (wanita) sesuai jenis kelamin. Peran jenis kelamin khususnya pada remaja dipengaruhi hormon estrogen bagi remaja wanita, dan hormon testosteron bagi remaja laki-laki. Remaja laki-laki dan wanita, masing-masing mempunyai sifat yang khas yang hampir berlawanan satu sama lain. Maskulinitas (laki-laki), orientasinya menunjukkan tingkah laku yang berusaha (fight) mencapai tujuan, melakukan dengan serius dan menghindari pengaruh emosional, baik yang ada pada dirinya maupun dari orang lain. Adapun femininitas (wanita), orientasinya bersifat ekspresif, misalnya berusaha memberikan reaksi yang menyenangkan dengan harapan memperoleh perlakuan yang menyenangkan pula. Maskulinitas biasanya berkaitan dengan kebebasan dan kemandirian, sedangkan femininitas berkaitan dengan pemeliharaan.
4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Kemandirian ini meliputi pengambilan inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usahanya dan melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain, bahkan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa minta bantuan kepada orang lain. Mendukung ananda untuk mandiri secara sehat, khususnya dalam pengambilan keputusan, akan menghindari kecenderungan untuk menentang orang tua. Pada masa remaja akhir diharapkan ananda telah mencapai kematangan dalam segi fisik, psikis, dan sosial dan dengan demikian memungkinkan tercapainya kemandirian yang sesungguhnya. Individu yang mempunyai kemandirian tinggi akan menunjukkan sifat aktif, kompetitif dan mandiri.
5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi. Tugas perkembangan 5 s/d 10 merupakan tugas perkembangan remaja akhir yang sudah memasuki ambang fase dewasa.
6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Mengambil bidang studi atau mengasah keahlian yang mendukung minat kerja.
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga. Mulai pacaran dan mencoba mengenal calon pasangannya lebih dalam.
8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara.
9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku.

Tapi Bu.. Ternyata tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Disinilah perlunya peran orang tua, sekolah dan lingkungan memahami dan menuntun mereka untuk menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik. Beberapa saran yang dapat saya sampaikan kepada Ibu sebagai orang tua dalam bersikap pada ananda adalah :
1. Toleran, melakukan pengarahan secara tidak langsung dalam memilihkan teman yang layak lagi baik untuk ananda, memilihkan aktivitas dan kegiatan yang positif, memberikan sarana yang bisa membantunya memanfaatkan waktu luang secara positif (jika mungkin).
2. Membangun kepercayaan adalah salah satu tugas sulit. Triknya, orangtua harus mau belajar. Tunjukkan sikap peduli dan biasakan ngobrol dengan ananda. Boleh saja ingin tahu, tapi hindari mencampuri. Membangun kepercayaan dapat dilakukan dengan menekankan kepada ananda hal-hal yang harus ia pegang dengan komit dan memberikan tanggung jawab peran kepada anak. Dibutuhkan diskusi dan penyampaian yang santun, tidak mendoktrin atau memaksakan pendapat. Hal ini akan membantu ananda untuk membangun rasa percaya diri.
3. Seringkali cara berpikir ananda yang berbeda dianggap aneh dan membangkang oleh orangtua. Padahal, perbedaan harus berkembang dan dihormati. Orangtua seharusnya menganggap perbedaan itu sebagai bentuk pengayaan pikiran. Untuk menghindari konflik, orang tua perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan dan berdiskusi dengan sabar.
4. Gunakan satu waktu tertentu secara cukup untuk bercengkerama bersama anak setiap hari. Setidaknya, tunjukkan bahwa orangtua berupaya memperjuangkan waktu untuk ananda. Selain itu, usahakan untuk mengungkapkan kasih sayang melalui perhatian dan sentuhan psikologis, bukan berorientasi material.
5. Kontrollah perilaku-perilaku negatif ananda secara konsisten, dan satu pandangan antara ibu dan ayah. Biasakan ananda untuk berkata jujur, berperilaku benar, meminta izin jika keluar rumah, menjaga diri sendiri serta menjauhi impuls-impuls seksual.
6. Kembangkan perilaku bersahabat dan membantu orang lain, dan berusaha memberikan solusi terhadap setiap persoalan perilaku negatif dengan memberikan pengarahan yang santun; Beri nasihat sang anak dengan cara pendidikan dan teladan, bukan dengan cara mengkritik, menyalahkan, terlalu menggurui, menyerang atau mencacinya, dan jangan membanding-bandingkan ananda dengan anak lain. Sesungguhnya pengalaman masa puber adalah terbatas, maka jangan terlalu melihat kesalahan-kesalahan yang ia perbuat. Ganti dengan menawarkan solusi, saran, atau pilihan.
7. Perlunya memberikan pendidikan seksual kepada ananda. Dari perubahan yang terjadi secara fisik dan biologis, apa yang harus mereka lakukan untuk mencegah terjadinya penyaluran dorongan seks secara salah, dan gambaran akibat buruk yang akan mereka terima. Perlu juga disampaikan bahwa meski remaja sudah dapat mempunyai keturunan tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik karena belum cukup umur dan kesiapan mental untuk memiliki bayi. Jika merasa kurang nyaman untuk menyampaikan secara langsung, mungkin Ibu dapat meminta bantuan ahli, atau mengikutkan ananda dalam seminar-seminar tentang pendidikan seksual anak, boleh juga dengan membelikan buku terkait.
8. Yang paling penting dari semua itu, adalah hubungan harmonis keluarga dan komunikasi yang terjalin baik antar anggota keluarga. Syukurnya tidak ada sinyal bahwa keluarga Ibu merupakan keluarga broken home, bercerai, atau ada orang ketiga karena hal ini dapat mengantarkan ananda kepada perilaku delinkuen (kenakalan remaja).

Wah.. jadi panjang sekali ya Bu.. Semoga dengan paparan panjang ini, Ibu bisa memahami kenapa ananda bersikap seperti yang Ibu hadapi saat ini. Selanjutnya Ibu bisa menyesuaikan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menyikapi dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Akhirnya saya do’ain semoga Ibu berhasil menghantarkan ananda ke pintu gerbang kedewasaan yang lebih matang, menerima keadaan fisiknya, tidak lagi emosional, cara berpikir objektif dan mampu bertanggung jawab terhadap tindakannya. Salam.

[+/-] Selengkapnya...

KOMUNIKASI

Written by Soci Smart Psychologi Institute on at 12.13

KOMUNIKASI
Pertanyaan :
Saya karyawati yang memiliki 2 anak yang masih kecil-kecil. Yang pertama anak laki-laki berusia 6 tahun dan saat ini sekolah SD kelas I, dan satu lagi anak perempuan yang berumur 3 tahun. Yang ingin saya tanyakan kenapa kalau saya sudah pulang kerja, anak saya suka nangis karena hal-hal sepele. Belakangan anak saya yang pertama juga sensitif sekali dan kayak mau musuhan aja sama saya. Karena capek kadang saya suka marah dengan situasi begini. Akhirnya sekarang anak-anak malah menjauh dari saya, dan lebih dekat dengan ayahnya. Gimana ya Bu caranya supaya hubungan saya dan anak-anak jangan begitu, nggak enak sekali soalnya. Dan bagaimana caranya supaya anak-anak jangan nangis-nangis karena hal-hal sepele. Terima kasih.
Lela



Jawab :
Bu Lela yang baik ... anak-anak itu sungguh unik yaa.. Meski kadang membuat jengkel karena ketidakfahaman mereka untuk berkomunikasi sempurna sebagaimana orang dewasa.
Bu Lela.. Andai informasi yang Ibu sampaikan mengenai permasalahan Ibu lengkap, tentu akan sangat membantu untuk mencari solusi yang tepat untuk permasalahan ini. Namun demikian, saya akan coba simpulkan bahwa masalah yang Ibu hadapi adalah kurang harmonisnya hubungan antara Ibu dan anak karena hambatan dalam komunikasi.
Bu Lela .. saya bisa merasakan bagaimana lelahnya menjalani peran ganda sebagai wanita karir. Kompleksnya masalah pekerjaan dan rumah tangga ditambah kelelahan dapat menjadikan kita kurang peka dengan perasaan anak-anak, kurang sensitif dengan segala kepolosan, keluguan dan kelucuan mereka. Dan akhirnya kita lupa bahwa anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Padahal anak-anak tetaplah anak-anak yang jangkauan pemikirannya tentu tidak sama dengan orang dewasa, dan perasaannya juga tentu tidak sekompleks orang dewasa. Karena mereka masih minim pengalaman. Kurang arif rasanya jika kita memaksakan anak-anak untuk bisa memandang sesuatu dengan cara pandang kita. Sepele menurut kita, mungkin sudah bisa membuat stress bagi anak-anak. Dalam kondisi inilah peran Ibu dibutuhkan, untuk membantu mereka tetap merasa aman dan tidak merasa kehilangan kasih sayang yang dibutuhkannya dari orang tua. Tidak harus ada solusi bagi anak-anak Bu.. Anak-anak merasa bahwa Ibu memahami perasaan dan gejolak hati mereka, itu sudah cukup menjadi dukungan dan membuat mereka kembali tersenyum. Ketika anak mengetahui dengan jelas apa yang menjadi perasaannya dan mengapa hal itu terjadi, dia akan merasa lebih tenang.
Ibu.. jika anak-anak menunjukkan perilaku negatif yang tidak biasanya, pasti ada pemicunya yang harus terlebih dahulu Ibu identifikasi. Identifikasi bisa Ibu mulai dari perbandingan kondisi sebelum dengan sesudah perilaku negatif muncul. Kondisi perlakuan dan perhatian Ibu yang mungkin berbeda, masa adaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman baru, apapun hal yang mungkin. Cobalah untuk membicarakannya dengan anak-anak dan coba untuk memahami alasannya dengan jalan pemikiran dan perasaan mereka dari kacamata anak-anak. Selanjutnya pastikan dengan pertanyaan : kamu pasti sangat sedih yaa..? atau kamu merasa cemburu yaa.. atau khawatir .. takut, dan sebagainya sesuai emosi yang Ibu tangkap. Akhirnya coba tanyakan apa yang mereka ingin lakukan atau Ibu lakukan untuk mereka.
Ibu Lela .. Kesalahpahaman yang terjadi antara orangtua dan anak-anak biasanya selalu berkembang dalam rangkaian yang dapat ditebak. Si anak berbuat atau mengatakan sesuatu yang salah, dan orangtuanya akan bereaksi dengan melakukan sesuatu yang menyinggung perasaannya. Kemudian si anak menjawab dengan melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi. Orangtuanya akan membalas lagi dengan teriakan, ancaman atau pukulan.
Berikut ini saya coba tawarkan beberapa hal yang mungkin dapat Ibu cermati dalam merespons perilaku anak-anak agar kesalahpahaman tidak berbuah sesuatu yang menyakitkan bagi anak :
1. Ketika anak-anak menunjukkan emosi yang kuat, mereka tidak bisa mendengarkan saran atau nasehat siapapun, apalagi kritik. Mereka hanya ingin agar kita memahami gejolak di hati mereka. Mereka ingin dimengerti.
2. Jangan sekali-kali membalas kemarahan anak-anak dengan hardikan atau tuduhan yang tidak mengenakkan. Hal ini akan membuat mereka tambah marah dan menjauh.
3. Perasaan negatif anak-anak yang kuat tidak akan segera hilang dengan memberitahu “tidak baik punya perasaan seperti itu” atau ”kamu tidak punya alasan kuat untuk mempunyai perasaan seperti itu.” Perasaan negatif yang kuat tidak akan segera lenyap. Tetapi intensitas perasaan itu akan berkurang dan kekuatannya akan hilang apabila Ibu sebagai pendengarnya dapat menerimanya dengan rasa simpati dan penuh pengertian tanpa mempersalahkan atau menghakimi.
4. Kritik orang tua tidak banyak manfaatnya, karena hal itu dapat membangkitkan amarah dan menimbulkan kekecewaan. Bahkan yang lebih buruk lagi, anak-anak yang sering dikritik akan belajar menyalahkan diri sendiri dan orang lain. Mereka akan belajar meragukan kemampuan mereka dan mencurigai orang lain.
5. Men-sifatkan dengan sifat yang buruk dapat melukai anak-anak kita. Bila seorang anak disebut sebagai anak yang bodoh, jelek, jahat atau pemalu, maka rasa amarah, kekecewaan dan kebencian akan berkembang di dalam hati mereka. Disamping itu lambat laun anak akan meyakini dan mulai berpikir bahwa dia memang bersifat seperti itu dan akhirnya akan cenderung bertindak ke arah tersebut.
6. Jika anak mengeluh tentang temannya, gurunya atau kehidupan pribadinya, lebih baik Ibu memahami perasaan yang tersembunyi di balik ucapannya daripada berusaha memastikan urutan kejadiannya. Temukan yang tersirat : apakah sebenarnya anak menginginkan jawaban bahwa Ibu tetap menyayanginya meski terjadi apa yang diucapkannya (misal nilai rapor yang jelek) atau dia takut kejadian itu akan menimpa dirinya dan apa yang harus dilakukannya jika hal itu terjadi padanya, atau cukup memahami perasaan yang dialaminya.
7. Kadangkala anak-anak menyayangi kita dan pada saat yang sama membenci kita. Mereka mempunyai perasaan mendua. Kita perlu menerima keberadaan perasaan yang mendua di dalam diri kita dan di dalam diri anak-anak kita untuk menghindari konflik yang tidak perlu, bahwa hal ini normal dan wajar. Seiring berjalannya waktu, satu perasaan kadangkala akan mendominasi dan menjadi lebih kuat, dan hal ini tidak perlu dikhawatirkan atau memunculkan rasa bersalah.

Dalam uraian di atas, saya selalu mengulang-ulang pernyataan agar Ibu mencoba memahami dan mengerti apa yang dirasakan anak. Cobalah untuk terbiasa mencurahkan perasaan masing-masing jika hal ini belum biasa dilaksanakan.Sulit memang dan butuh kesabaran yang luar biasa serta proses belajar yang tidak mudah. Namun itulah bagian dari perjuangan seorang Bunda jika ingin yang terbaik buat hubungan harmonis Ibu dan anak.
Bunda Lela.. Peran ganda tak cukup menjadi alasan untuk mengabaikan Ananda. Jika tidak memungkinkan berinteraksi dengan Ananda sesering mungkin, cobalah untuk menciptakan kualitas interaksi yang menyenangkan. Saya sarankan agar Ibu dapat memanfaatkan hari libur untuk bersama dengan anak-anak. Memasakkan makanan favorit mereka, membawa ke tempat yang mereka senangi, ikut terlibat dalam permainan mereka, dan cara lainnya yang lebih mendekatkan hubungan Ibu dan anak. Saya percaya Ibu lebih tahu dan faham maunya Ananda tercinta.
Semoga Ibu berhasil menjaga dan mendidik anugerah terindah yang diamanahkan Sang Khalik dalam balutan kasih sayang satu sama lain.

[+/-] Selengkapnya...

Here We Are