ANAK PUBER

Written by Soci Smart Psychologi Institute on Selasa, 19 Oktober 2010 at 12.17

ANAK PUBER
Pertanyaan :
Saya adalah seorang ibu berumur 45 tahun yang sedang bingung bagaimana menghadapi anak saya yang memasuki usia remaja. Anak saya hanya 2 orang. Putri sulung saya saat ini duduk di kelas I SMU. Sedangkan adiknya yang laki-laki masih duduk di kelas V SD. Entah karena apa mulanya, anak saya kok berubah menjadi begitu pendiam dan banyak berkurung di kamar serta sangat mudah tersinggung, padahal sebelumnya dia begitu ceria. Susahnya, dia tidak mau terbuka. Berkali-kali saya coba dekati dan tanya kenapa, tapi dia bilang nggak ada apa-apa, dia baik-baik saja. Ayahnya juga pernah saya minta untuk coba mendekati dan bertanya, jawabannya juga sama. Tapi saya tetap saja khawatir, bagaimana kalau ternyata ada apa-apa tapi saya nggak tau. Bagaimana jika nanti tiba-tiba dia hamil seperti banyak kejadian pada kebanyakan anak remaja lainnya. Saya ingin dia kuliah dulu Bu. Setelah berhasil selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan, silahkan jika mau berkeluarga. Saya tidak ingin anak-anak seperti kami yang pendidikannya pas-pasan. Demikian Bu.. atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.
RINI



JAWAB :
Bu Rini yang hatinya lagi kisruh dan bingung.. saya bisa memahami bagaimana pusingnya saat pertama kali menghadapi ananda yang memasuki usia remaja. Berikut akan saya uraikan beberapa hal pokok yang perlu diketahui untuk mengenali perilaku remaja, agar Ibu dapat memilih bagaimana harus bersikap.
Usia remaja berada dalam kisaran 11 hingga 19 tahun, dimana usia remaja awal : antara 11 hingga 13 tahun, remaja pertengahan: antara 14 hingga 16 tahun dan remaja akhir: antara 17 hingga 19 tahun. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa remaja akhir terjadi hingga usia 22 tahun.
Bu Rini.. Perkembangan pada remaja merupakan suatu proses untuk mencapai kemasakan menuju kedewasaan, yang diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan fisik dan biologis (organ-organ seksual). Perubahan fisik ini merupakan peristiwa yang paling penting, tapi berlangsung cepat dan drastis. Hormon-hormon mulai mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menstruasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut di bagian tubuh yang tersembunyi, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami mimpi basah pertama, pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pada bagian tubuh yang tersembunyi dan pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya. Disamping itu, hormon juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Mereka mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Perubahan fisik yang drastis dan perkembangan dorongan seks, harapan-harapan baru dalam diri dan norma lingkungan memaksa remaja untuk berlatih menyesuaikan diri. Hal ini, ditambah dengan perkembangan emosional yang belum stabil, mengakibatkan ananda berubah menjadi sangat sensitif dan emosinya meledak-ledak, mudah stress, merasa serba salah dan kurang percaya diri serta ragu-ragu dan plin-plan dalam bersikap. Tidak heran jika dalam kondisi ini, ananda biasanya tampak murung atau suka menyendiri, dan suka bermalas-malasan. Perasaan tidak difahami oleh lingkungan dapat menjadi pemicu cueknya ananda dengan lingkungan, dengan mengurangi interaksinya dengan keluarga, dan cenderung suka bergaul dengan kawan-kawannya yang dianggap bisa membantunya menghilangkan atau mengalihkan "kungkungan" keluarga dan lingkungan yang biasanya penuh dengan aturan yang memaksa.
Pada masa ini, remaja juga cenderung untuk mulai berfikir kritis dan cerdas, dimana perkembangan kecerdasannya mencapai 95%. Kekritisan ini sering diartikan orang dewasa sebagai bentuk pembangkangan.
Pada masa yang juga sering disebut “masa transisi” ini, remaja cenderung suka meniru orang lain yang sedang "ngetrend", suka bereksperimen (termasuk dalam penyaluran dorongan seksual melalui hubungan seksual), dan mudah terpengaruh dengan lingkungannya karena mereka masih berada dalam tahap pencarian identitas diri yang pas bagi dirinya.
Uraian diatas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis dan biologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku.
Itulah sebabnya orang tua perlu memahami kealamiahan terjadinya gejolak dalam diri ananda yang berada di usia remaja agar tidak salah dalam menentukan bentuk pengawalan yang akan dilakukan sehingga mereka bisa berkembang secara sehat, terbebas dari masalah kejiwaan dan cacat sosial.
Bu Rini.. Perlu saya sampaikan bahwa secara alami, manusia akan melalui fase perkembangan dalam hidup mulai dari fase kanak-kanak, remaja dan dewasa. Setiap fase perkembangan memiliki tugas perkembangan yang berbeda yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas perkembangan tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan untuk memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan dalam pemenuhan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Pada usia remaja yang juga dikenal sebagai usia pancaroba, tugas-tugas perkembangan yang harus mereka penuhi adalah sebagai berikut:
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis. Hal ini dapat dirintis melalui keikutsertaan ananda dalam organisasi seperti remaja mesjid, OSIS, pramuka, atau organisasi sosial yang positif lainnya.
2. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif. Remaja sangat memperhatikan fisiknya. Saat ananda menerima keadaan fisiknya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, maka akan lebih mudah baginya untuk berperan secara efektif dalam lingkungannya. Sebaliknya, jika tidak dapat menerima keadaan fisik apa adanya, hal ini dapat memunculkan perasaan kurang percaya diri yang dapat mengganggu aktivitas dan peran yang ingin dijalani. Membantu ananda untuk menemukenali hal-hal positif yang dimilikinya, akan membantu ananda untuk berani tampil menjalani aktivitas yang seharusnya mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan diri dan sosial (lingkungan).
3. Mencapai peran sosial maskulin (laki-laki) dan feminin (wanita) sesuai jenis kelamin. Peran jenis kelamin khususnya pada remaja dipengaruhi hormon estrogen bagi remaja wanita, dan hormon testosteron bagi remaja laki-laki. Remaja laki-laki dan wanita, masing-masing mempunyai sifat yang khas yang hampir berlawanan satu sama lain. Maskulinitas (laki-laki), orientasinya menunjukkan tingkah laku yang berusaha (fight) mencapai tujuan, melakukan dengan serius dan menghindari pengaruh emosional, baik yang ada pada dirinya maupun dari orang lain. Adapun femininitas (wanita), orientasinya bersifat ekspresif, misalnya berusaha memberikan reaksi yang menyenangkan dengan harapan memperoleh perlakuan yang menyenangkan pula. Maskulinitas biasanya berkaitan dengan kebebasan dan kemandirian, sedangkan femininitas berkaitan dengan pemeliharaan.
4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Kemandirian ini meliputi pengambilan inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usahanya dan melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain, bahkan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa minta bantuan kepada orang lain. Mendukung ananda untuk mandiri secara sehat, khususnya dalam pengambilan keputusan, akan menghindari kecenderungan untuk menentang orang tua. Pada masa remaja akhir diharapkan ananda telah mencapai kematangan dalam segi fisik, psikis, dan sosial dan dengan demikian memungkinkan tercapainya kemandirian yang sesungguhnya. Individu yang mempunyai kemandirian tinggi akan menunjukkan sifat aktif, kompetitif dan mandiri.
5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi. Tugas perkembangan 5 s/d 10 merupakan tugas perkembangan remaja akhir yang sudah memasuki ambang fase dewasa.
6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Mengambil bidang studi atau mengasah keahlian yang mendukung minat kerja.
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga. Mulai pacaran dan mencoba mengenal calon pasangannya lebih dalam.
8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara.
9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku.

Tapi Bu.. Ternyata tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Disinilah perlunya peran orang tua, sekolah dan lingkungan memahami dan menuntun mereka untuk menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik. Beberapa saran yang dapat saya sampaikan kepada Ibu sebagai orang tua dalam bersikap pada ananda adalah :
1. Toleran, melakukan pengarahan secara tidak langsung dalam memilihkan teman yang layak lagi baik untuk ananda, memilihkan aktivitas dan kegiatan yang positif, memberikan sarana yang bisa membantunya memanfaatkan waktu luang secara positif (jika mungkin).
2. Membangun kepercayaan adalah salah satu tugas sulit. Triknya, orangtua harus mau belajar. Tunjukkan sikap peduli dan biasakan ngobrol dengan ananda. Boleh saja ingin tahu, tapi hindari mencampuri. Membangun kepercayaan dapat dilakukan dengan menekankan kepada ananda hal-hal yang harus ia pegang dengan komit dan memberikan tanggung jawab peran kepada anak. Dibutuhkan diskusi dan penyampaian yang santun, tidak mendoktrin atau memaksakan pendapat. Hal ini akan membantu ananda untuk membangun rasa percaya diri.
3. Seringkali cara berpikir ananda yang berbeda dianggap aneh dan membangkang oleh orangtua. Padahal, perbedaan harus berkembang dan dihormati. Orangtua seharusnya menganggap perbedaan itu sebagai bentuk pengayaan pikiran. Untuk menghindari konflik, orang tua perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan dan berdiskusi dengan sabar.
4. Gunakan satu waktu tertentu secara cukup untuk bercengkerama bersama anak setiap hari. Setidaknya, tunjukkan bahwa orangtua berupaya memperjuangkan waktu untuk ananda. Selain itu, usahakan untuk mengungkapkan kasih sayang melalui perhatian dan sentuhan psikologis, bukan berorientasi material.
5. Kontrollah perilaku-perilaku negatif ananda secara konsisten, dan satu pandangan antara ibu dan ayah. Biasakan ananda untuk berkata jujur, berperilaku benar, meminta izin jika keluar rumah, menjaga diri sendiri serta menjauhi impuls-impuls seksual.
6. Kembangkan perilaku bersahabat dan membantu orang lain, dan berusaha memberikan solusi terhadap setiap persoalan perilaku negatif dengan memberikan pengarahan yang santun; Beri nasihat sang anak dengan cara pendidikan dan teladan, bukan dengan cara mengkritik, menyalahkan, terlalu menggurui, menyerang atau mencacinya, dan jangan membanding-bandingkan ananda dengan anak lain. Sesungguhnya pengalaman masa puber adalah terbatas, maka jangan terlalu melihat kesalahan-kesalahan yang ia perbuat. Ganti dengan menawarkan solusi, saran, atau pilihan.
7. Perlunya memberikan pendidikan seksual kepada ananda. Dari perubahan yang terjadi secara fisik dan biologis, apa yang harus mereka lakukan untuk mencegah terjadinya penyaluran dorongan seks secara salah, dan gambaran akibat buruk yang akan mereka terima. Perlu juga disampaikan bahwa meski remaja sudah dapat mempunyai keturunan tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik karena belum cukup umur dan kesiapan mental untuk memiliki bayi. Jika merasa kurang nyaman untuk menyampaikan secara langsung, mungkin Ibu dapat meminta bantuan ahli, atau mengikutkan ananda dalam seminar-seminar tentang pendidikan seksual anak, boleh juga dengan membelikan buku terkait.
8. Yang paling penting dari semua itu, adalah hubungan harmonis keluarga dan komunikasi yang terjalin baik antar anggota keluarga. Syukurnya tidak ada sinyal bahwa keluarga Ibu merupakan keluarga broken home, bercerai, atau ada orang ketiga karena hal ini dapat mengantarkan ananda kepada perilaku delinkuen (kenakalan remaja).

Wah.. jadi panjang sekali ya Bu.. Semoga dengan paparan panjang ini, Ibu bisa memahami kenapa ananda bersikap seperti yang Ibu hadapi saat ini. Selanjutnya Ibu bisa menyesuaikan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menyikapi dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Akhirnya saya do’ain semoga Ibu berhasil menghantarkan ananda ke pintu gerbang kedewasaan yang lebih matang, menerima keadaan fisiknya, tidak lagi emosional, cara berpikir objektif dan mampu bertanggung jawab terhadap tindakannya. Salam.

0 Responses to "ANAK PUBER"

Here We Are