CAREER PLANNING

Written by Soci Smart Psychologi Institute on Selasa, 19 Oktober 2010 at 12.24

PARTISI PEKERJAAN
Tanya :
Saat ini mungkin motivasi saya sedang drop berat Bu.. Bekerja secara total sudah saya lakoni dari mulai saya bekerja tahun 2000 dulu, tapi jabatan saya gitu-gitu aja. Diam di tempat. Saat ini usia sudah 41 tahun. Apa iya sampe saya pensiun, cuma jadi tenaga administrasi terus. Jenuh juga lho Bu.. Padahal kalau cerita tentang kompetensi seperti yang selalu didengung-dengungkan Manajer, saya rasa sudah maksimal, bahkan kalau disuruh mengerjakan pekerjaan atasan pun saya sudah bisa. Kadang-kadang, tercetus dalam pikiran saya untuk berhenti, tapi gimana ya Bu..Saya menunggu saran dari Ibu. Terima kasih.
Rano



Jawab :
Rano yang saya hormati.. Sangat manusiawi jika kita ingin dihargai, memiliki kebutuhan dan harapan dalam hidup. Dan manusiawi pula jika Rano punya rasa kecewa saat harapan tak kesampaian.
Menyimak apa yang Rano sampaikan, problematika yang dihadapi sebenarnya berakar dari rasa ketidakpuasan pada sistem career planning (jenjang karir) yang berjalan tidak sesuai dengan harapan. Ketidakpuasan ini bermuara pada demotivasi (penurunan motivasi) dan munculnya keinginan untuk berhenti. Tapi hal ini sebenarnya bisa diperbaiki jika memang Rano berkeinginan untuk memperbaikinya.
Sebelum kita bicara lebih lanjut, saya ingin menyampaikan kondisi riil saat ini : bahwa di luar sana, peluang untuk mendapatkan pekerjaan sangat terbatas dibandingkan jumlah tenaga kerja yang tersedia yang ngantri untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini menggambarkan betapa sulitnya mencari pekerjaan saat ini.
Kenyataan diatas memaksa saya untuk bertanya terlebih dahulu tentang keinginan Rano untuk berhenti:
 Sudah adakah alternatif perusahaan yang akan menjadi tujuan lompatan jika berhenti dari pekerjaan saat ini? Minimalnya sudah adakah gambaran peluang pekerjaan pengganti ? Atau jika tidak, sudah cukup modalkah untuk berwiraswasta ?. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan awal yang tidak dapat ditawar harus dijawab ya. Sebelum jawaban yang muncul Ya, saya sarankan untuk tidak coba-coba berani berspekulasi untuk berhenti. Karena saya tau pasti, di belakang Rano ada keluarga yang harus dihidupi. Jangan sampai terjadi : keluar dari masalah yang satu, tapi muncul masalah baru yang lebih kompleks. Meski kadangkala emosional bisa membuat kita buta, tapi untuk kepentingan keluarga, saya berharap jangan membutakan diri yaa..
 Sudahkah Rano mempersiapkan kompetensi yang sedang ’trend’ laku di bursa kerja?. Saat ini di luar sana banyak sekali sarjana yang menganggur. Jika Rano tidak siap untuk berkompetisi dengan mereka (misalnya dengan memiliki keahlian khusus yang jarang dimiliki orang lain), Rano harus mempersiapkan mental untuk kalah dan tersingkir.
 Sudahkah diperhitungkan pendapatan (gaji, bonus, lembur) maupun non pendapatan yang positif yang diperoleh saat ini seperti waktu kerja yang mungkin fleksibel, lingkungan kerja yang baik, style atasan, lokasi kerja, kesempatan berkreasi, rekan kerja yang saling mendukung, tanggung jawab, penghargaan atas prestasi, dll. Cobalah bandingkan hal-hal positif yang didapatkan di perusahaan dengan pendapatan dan situasi pekerjaan pengganti. Artinya, Rano juga harus sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terburuk sekalipun yang mungkin saja terjadi jika Rano memutuskan untuk keluar dan berhenti dari pekerjaan saat ini.
 Jikalau pertanyaan-pertanyaan di atas terjawab Ya, cobalah tanya kembali kepada diri. Apakah keinginan berhenti itu hanya bersifat sesaat karena emosional atau memang murni dari hati nurani yang menolak situasi kondisi pekerjaan? Cobalah bicarakan dengan atasan, mana tau ada masukan-masukan positif yang bisa diambil yang mungkin bisa merubah keadaan. Selain itu, cobalah pertimbangkan untuk kemungkinan pengambilan pensiun dini jika keputusan berhenti tidak dapat ditawar lagi.
Jika saat ini masih merasa perusahaan belum maksimal menghargai kompetensi, jangan lupa bahwa Tuhan tidak pernah alpa menilai. Anggaplah kesulitan dan cobaan yang dihadapi sebagai kesempatan dalam proses pematangan diri dan semangat peningkatan kompetensi. Coba juga bandingkan, tidak hanya di lokasi pekerjaan Rano, tapi juga di lokasi pekerjaan lain, mungkin masih banyak yang kondisi kerjanya tidak lebih baik dari Rano, atau di luar sana malah tidak memiliki pekerjaan. Jadi, kondisi tersebut jangan sampai menyurutkan semangat untuk memberikan kinerja terbaik.
Demikian Rano.. Saya sudah sampaikan opsi-opsi pertanyaan yang harus dijawab jika berkeputusan untuk meninggalkan pekerjaan saat ini. Silahkan Rano kaji dan renungkan yang dalam tentang plus minus nya. Jika ternyata lebih banyak plus nya untuk tetap bekerja di perusahaan yang sekarang, jadikan nilai plus tersebut menjadi motivator kerja bagi Rano, minimalnya manfaat nilai plus tersebut bagi kesejahteraan dan kepastian kehidupan keluarga. Jikalaupun tetap berkeputusan untuk meninggalkan pekerjaan, saya yakin Rano sudah mempersiapkan segala sesuatunya agar kemungkinan terburuk sekalipun dapat terlampaui. Baik Rano.. Selamat memilih.. Semoga mendapatkan keputusan yang paling tepat yaa..

0 Responses to "CAREER PLANNING"

Here We Are